PROFIL NAMA KOPASSUS
IMIDL-PROFIL NAMA KOPASSUS
IMIDL- Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari
komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando
Angkatan Darat (KKAD).
RPKAD
Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan
menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD),
yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di
timur Jakarta. Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah
menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama, Mayor
Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.
PUSPASSUS AD
Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula
menjadi Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Nama
Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun. Sebenarnya hingga tahun
1963, RPKAD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2,
kesemuanya bermarkas di Jakarta. Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan
Long Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga
mengalami penderitaan juga di Kuching, Malaysia, maka komandan RPKAD saat itu,
Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena kedekatannya dengan Panglima Angkatan Darat,
Letnan Jenderal Ahmad Yani, mengusulkan 2 batalyon ‘Banteng Raider’ bentukan
Ahmad Yani ketika memberantas DI/TII di Jawa Tengah di upgrade di Batujajar,
Bandung menjadi Batalyon di RPKAD, masing-masing Batalyon 441″Banteng Raider
III”, Semarang ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD di akhir tahung 1963.
Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 “Banteng Raider I”, Magelang
menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang kekurangan tenaga di
pertengahan 1965. Sedangkan Batalyon 454 “Banteng Raider II” tetap menjadi
batalyon di bawah naungan Kodam Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di
Jakarta dan terlibat tembak menembak dengan Batalyon 1 RPKAD di Hek.
KOPASSANDHA
Tanggal 17 Februari 1971, resimen tersebut kemudian diberi
nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Dalam operasi di Timor Timur pasukan ini memainkan peran
sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim
dengan Indonesia. Pada tanggal 7 Desember 1975, pasukan ini merupakan angkatan
utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk mengamankan lapangan
udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengamankan kota. Semenjak
saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk sebagian dari kekuatan
udara yang bergerak (mobile) untuk memburu tokoh Fretilin, Nicolau dos Reis
Lobato pada Desember 1978. Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha adalah
saat melakukan operasi pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang pesawat
DC-9 Woyla Garuda Indonesian Airways yang dibajak oleh lima orang yang mengaku
berasal dari kelompok ekstremis Islam “Komando Jihad” yang dipimpin Imran bin
Muhammad Zein, 28 Maret 1981. Pesawat yang tengah menerbangi rute
Palembang-Medan itu sempat didaratkan di Penang, Malaysia dan akhirnya mendarat
di Bandara Don Mueang, Bangkok. Di bawah pimpinan Letkol Sintong Panjaitan,
pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan menembak mati semua
pelaku pembajakan. Korban yang jatuh dari operasi ini adalah Capa (anumerta)
Achmad Kirang yang meninggal tertembak pembajak serta pilot Kapten Herman Rante
yang juga ditembak oleh pembajak. Imran bin Muhammad Zein ditangkap dalam
peristiwa tersebut dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tahun 1992 menangkap penerus Lobato, Xanana Gusmao,
yang bersembunyi di Dili bersama pendukungnya.
Kopassus
Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26
Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang
lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di
kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi
Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen 81.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan
pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.
- Grup 1/Parakomando — berlokasi di Serang, Banten
- Grup 2/Parakomando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
- Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus — berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
- Grup 4/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Grup 5/Anti Teror — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan
dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga
ditingkatkan dariKomandan Kopassus yang berpangkat Brigjen
menjadi Komandan Jendral (Danjen) Kopassus yang
berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan
keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang
berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi
penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi
Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor
Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla),
Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, serta berbagai
operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat
rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan KOPASSUS tidak akan
pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi KOPASSUS yang pernah
dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam
di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan
dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan
Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di
perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah
yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret
merah. Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil.
Setelah beberapa kali mengalami perubahan dalam organisasi, sesuai Surat Panglima TNI Nomor : B/563-08/05/06/ SRU tanggal 23 Maret 2001, maka struktur organisasi Kopassus saat ini terdiri dari :
Setelah beberapa kali mengalami perubahan dalam organisasi, sesuai Surat Panglima TNI Nomor : B/563-08/05/06/ SRU tanggal 23 Maret 2001, maka struktur organisasi Kopassus saat ini terdiri dari :
- Makopassus, berkedudukan di Cijantung
dengan sesanti Pataka “ TRIBUANA CHANDRACA SATYA DHARMA”.
- Grup-1/ Parako,
berkedudukan di Serang dengan sesanti Dhuaja “ EKA WASTU BALADIKA
”.
- Grup-2/ Parako, berkedudukan di Solo
dengan sesanti Dhuaja “ DWI DHARMA BIRAWA YUDHA”.
- Grup-3/Sandha, berkedudukan di Cijantung
dengan sesanti Dhuaja “ CATUR KOTTAMAN WIRA NARACA
BYUHA ”.
- Pusdikpassus, berkedudukan di Batujajar
dengan sesanti Sempana “ TRI YUDHA SAKTI ”.
- Satuan-81/Gultor berkedudukan di
Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ SIAP SETIA BERANI”
Komentar
Posting Komentar