rahasia alutsista dan kekuatan indonesia 2014

 

INFO MILITER TEKNOLOGI DAN KESEHATAN-Rahasia Alutsista Indonesia 2014



Perdebatan kiblat dari pembelian
alutsista militer selama ini, menarik untuk
dicermati. Kalau ditelaah semenjak kejadian
embargo oleh USA dan konco-konconya tahun
1999 sampai 2004, sepertinya sudah menjadi
pengalaman pahit dan berharga bagi TNI.
Seperti kita semua thau selama 30 tahun
berkuasa Pak Harto selalu berkiblat ke blok
barat dalam hal pengadaan alutsista. Yang
berdatangan pun boleh dibilang alakadarnya
mulai pemaksaan pemakaian F.86 Sabre dan
T.33 ex RAAF medio tahun 1970-an sampai
penjatahan jenis, spesifikasi dan jumlah unit
yang bisa dibeli dalam medio 1980-an.
Pada akhirnya pewaris tahta alias presiden-
presiden kita selanjutnya mengalami betul
yang namanya pelecehan yang diakibatkan
rendahnya daya gedor alutsista kita.
Puncaknya adalah pelecehan paling parah di
ambalat yang dilakukan oleh sonora.

Kita Marah ?

Ya, kita rakyat Indonesia tentu marah dan Pak
SBY geram betul tapi beliau sadar, kalau
kekuatan alutsista TNI kita saat itu masih
tertinggal jauh dari negara-negara tetangga
yang sok jaguh. Sejumlah langkah beliau
lakukan dalam langkah penguatan alutsista
TNI. Selain kontrak-kontrak warisan penguasa
sebelumnya yaitu pengadaan 4 buah korvet
SIGMA, pengadaan 4 unit LPD kelas
Banjarmasin, pembelian beberapa unit
pesawat latih KT-1 B Wong bee yang di
dalamnya ada skema hibah beberapa unit LVT
7 (landing Vehicle Tank) dari Korea Selatan
untuk Marinir TNI AL, Pembelian beberapa
unit baterai peluncur roket RM 70 Grad dari
Ceko, pembelian beberapa Helicopter Colibri
untuk TNI AU dan TNI AL, Rudal QW 3 dari
China dan beberapa kontrak pembelian lain,
maka diperlukan juga pembelian alutsista
strategis yang lebih gahar dari blok timur
yaitu blok sahabat lama yang kemungkinan
mengembargo kita kedepannya kecil sekali,
antara lain :

1. Kontrak pengadaan Alutsista berupa fasilitas
kredit senilai 1 miliar dolar tahun 2007
(seperti yang diumbar kemedia massa) dari
RUSIA, yang digunakan untuk membeli 3
Sukhoi 27 SKM dan 3 Sukhoi 30 MK2 senilai $
300 juta (untuk melengkapi 4 unit Sukhoi kita
yang dipesan tahun 2003) dan $ 700 juta
lainnya digunakan untuk membeli 2 unit kapal
selam kelas Kilo.

Apakah Indonesia hanya mengajukan fasilitas
kredit senilai 1 miliar dolar kepada Rusia ?
Menurut saya jawabannya tidak, alias
Indonesia mengajukan fasilitas kredit dengan
nilai lebih dari 1 miliar dolar.

Kenapa ? Karena pada tahun setelahnya mulai
berdatangan alutsista dari RUSIA selain dua
yang disebut di atas. Mulai dari beberapa unit
Helicopter Mi 35 Hind E dan Hind P dan
beberapa unit Helicopter Mi 17 buat TNI AD.
Beberapa unit Panser BTR 80 buat Marinir TNI
AL, 17 unit Tank BMP 3F buat marinir TNI AL,
pembelian beberapa rudal termasuk rudal
yakhont (ini yang dipublish dan diperlihatkan
barangnya ke publik walaupun tidak dirilis
berapa unit sebenarnya yang dibeli).

Kalau begitu ada kemungkinan dong saat itu
kita pesan Sukhoi lebih dari enam unit ? Atau
berarti dua Kapal Selam Kilo yang dulu kita
pesan itu, sekarang sudah menyelam jalan-
jalan dong di perairan kita ?.

Benar, bisa jadi seperti itu. jumlah Sukhoi kita
sesungguhnya adalah lebih dari 16 unit. (tidak
seperti yang dipublish) kenapa, karena sukhoi
kita ini termasuk alutsista yang sangat
strategis sampai-sampai rudal-rudalnya saja,
baru dimunculkan secara resmi saat latihan
Angkasa Yudha 2013.

Begitupun dengan KS Kilo dua unit, pastinya
sudah berkeliaran di perairan nusantara kita.
Sebagai bahan analisa saja, kenapa Sukhoi
datangnya masih dibungkus dan diangkut
pakai pesawat Antonov Rusia dan dirakit di
sini ?

Kenapa tidak terbang ferry saja dari negara
pembuat ke Indonesia macam T. 50 I atau F.
16 zaman tahun 1989-1990 dulu. Kalau
jaraknya jauh ya memang tidak masuk dilogika
juga, secara Super Tucano saja yang jarak
Brazil ke Indonesia lebih jauh tetap terbang
ferry.

Seperti berita yang saya kutip. “karena sesuai
amanat UU Kebebasan Informasi Publik,
Mengenai tudingan Indonesian Corruption
Watch (ICW) soal pemerintah yang tidak
transparan soal pengadaan alutsista, Andi
mengatakan berdasarkan UU proses
pembelian senjata termasuk hal yang
dikecualikan”.

Andi menambahkan, “Dalam UU Kebebasan
Informasi Publik proses pengadaan senjata
memang termasuk dalam hal-hal yang
dikecualikan. Kementerian Pertahanan tidak
wajib mempublikasikan, bahkan harus
menerapkan prinsip kehati-hatian. ”

Apalagi Sukhoi dan KS Kilo merupakan produk
buatan blok timur, yang notabene gampang
banget dijaga kerahasiaannya karena kita
sudah mempunyai perjanjian kerjasama
militer dengan Rusia. Berbeda dengan produk
buatan blok barat yang walaupun sudah kita
jaga kerahasiaannya, tetap saja ketahuan
(malahan kita ditertawai) karena negara calon
musuh kita seperti Sonotan tinggal tanya
doang ke negara pembuatnya.

Makanya tahun 2012, sebelum latihan “Pitch
Black” Kepala Staf RAAF sampai datang
langsung ke sarang Thunder di Hasanuddin,
untuk memeriksa dan menghitung satu-satu
sukhoi kita. Ada berapa sih ?. Dan
alhamdulilah yang dipajang di apron dan
hanggar tetap 10 unit dan yang dikirim buat
latihan cuma 4 (empat) unit.

Soalnya menurut data intelejen mereka,
sukhoi TNI AU termasuk 6 biji yang dipesan
tahun 2011 dan diterima 2013, jumlahnya
total ada 24 biji. Makanya meraka mati-
matian menyadap kita karena ingin
memperoleh informasi akurat tentang alutsista
apa saja yang sudah dibeli dan jumlahnya dari
Rusia.
Begitupun dengan Kapal Selam Kilo sudah
berapa banyak pemberitaan media luar dari
tetangga-tetangga kita yang
mengkonfirmasikan keberadaan “mahluk
halus” Hiu Kencana itu. Makanya atas dasar
inilah mereka mati-matian, melakukan
penyadapan lebih intensif kepada indonesia.

2. Pembantukan dan pelaksanaan program
Minimum Essential Force (MEF) mulai dari
tahap I sampai III.
Di sini jelas sekali dalam memenuhi kekuatan
minimum tersebut Indonesia memainkan
peran cantiknya sebagai negara non blok
dengan baik. Berbagai macam alutsista dari

Blok Barat dan Blok Timur dibeli dan
dipublikasikan kepada masyarakat umum.
Antara lain :
Blok Barat :

- Pembelian 6 unit F. 16 Block 60 / berubah
menjadi hibah 24 unit F. 16 Block 25
(upgrade Block 32++) + 4 unit F.16 Block 25
sebagai cadangan sparepart dan 2 unit F. 16
Block 15 OCU cadangan sparepart (sepertinya
ini diupgrade juga).
- Pembelian 16 unit T. 50 I dari korsel,
disertai skema hibah beberapa unit LVT 7
(landing Vehicle Tank) buat marinir dan
beberapa unit F.5 tiger II untuk TNI AU
(belum jelas diambil atau tidak walaupun ada
berita TNI AU menolak karena tidak sesuai).
- Pembelian 16 unit Super Tucano dari
EMBRAER Brazil.
- Pembelian 18 unit Pesawat Latih G 120tp
Grob dari Jerman.
- Pembelian beberapa unit UAV Searcher II
dan Heron dari Israel (dibeli melalui
perusahaan yang berdomisili di Filipina)
- Pembelian 9 unit pesawat angkut ringan CN.
295.
- Pembelian 9 unit pesawat angkut C. 130
Hercules ex RAAF (4 biji hibah/retrofit + 5 biji
beli dengan harga murah).
- Pembelian 6 unit Helicopter EC 725 Cougar.
- Pembelian 2 unit Fregat Sigma 10514.
- Pembelian 3 unit Fregat kelas Nakhoda
Ragam.
- Pembelian 3 unit KS Changbogo
- Pembelian MBT Leopard
- Pembelian Medium Tank Marder
- Pembelian beberapa baterai RM 70 Grad
- Pembelian 36 unit Astros II
- Pembelian 8 AH-64 E Apache
- Pembelian beberapa rudal seperti Helfire II,
AIM-120, AIM-9, starstreak II, Exocet dan
lain-lain.
Helikopter Serang AH-64E Apache (photo:
boeing)

Blok Timur :
- Pembelian 6 unit Sukhoi 30 MK2
- Pembelian 37 Tank BMP 3F
- Pembelian beberapa unit panser amphibi
BTR 80A
- Pembelian 55 unit BTR 4 dari Ukraina
- Pembelian rudal C. 802 dan C.705 dari China
BTR 4

Selain pembelian berbagai jenis alutsista
tersebut, dalam MEF I Indonesia juga
memperkuat militernya dengan berbagai
macam jenis alutsista buatan dalam negeri,
antara lain :
- Pembelian Panser Anoa
- Pembelian Panser Komodo
- Pembelian 35 unit heli Bell 412 EP
- Pembelian 3 unit CN. 235 Patmar
- Pengadaan beberapa unit KCR 40
- Pengadaan beberapa unit KCR 60
- Pengadaan beberapa unit perusak Trimaran
kelas Klewang
- Pengadaan 2 unit kapal bantu cair minyak
- Pengadaan kapal LST untuk Leopard
- Pengadaan beberapa unit kapal Patroli
buatan fasharkan TNI AL

Daftar belanja diatas adalah daftar
belanja MEF I yang dipublish oleh
Kementerian Pertahanan untuk konsumsi
masyarakat Indonesia, sedang daftar
belanja yang tidak dipublish tentunya ada
(terutama dari Blok Timur), dan biarlah
tetap menjadi rahasia sampai nanti pada
saatnya akan terbongkar dengan
sendirinya. (contoh kasus operasi Alpha
pengadaan A.4 Skyhawk dari Israel).

Sebelum berakhirnya MEF pertama, dengan
dana pengadaan alutsista yang masih tersisa,
Indonesia kembali mendapat tawaran hibah
alutsista strategis berupa beberapa kapal
selam, fregat sampai destroyer dari Rusia. Dan
atas tawaran itu pihak Kementerian
Pertahanan dan TNI telah memberangkatkan
tim untuk mengevaluasi tawaran menarik ini.

Selain itu tidak lupa pembelian Sukhoi
35 dan tentu saja sistem pertahanan
jarak menengah jauh yang saat ini
sedang digodok oleh kemenhan.

Mengenai ToT percayalah selain dengan Korea
Selatan, sesungguhnya Indonesia juga
menjajaki ToT dengan beberapa negara lain
terutama dengan Rusia. Kemenhan pun telah
mempunyai rencana Plan B apabila pengerjaan
rencana Plan A itu gatot, demi kemandirian
bangsa ini berswasembada alutsista sendiri.
Pada akhirnya kita berharap bahwa apa yang
telah dilakukan oleh pemimpin kita saat ini,
dapat dilanjutkan kembali oleh pemimpin kita
yang terpilih selanjutnya nanti. Mudah-
mudahan saja pemimpin kita nanti itu tetap
sekuat tenaga melanjutkan program penguatan
alutsista TNI ini sampai pada renstra III
jikalau perlu sampai selamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISAH TENTARA GAM KEBAL SENJATA DAN PELURU DI TEMBAK MALAH TERTAWA...

HEBATNYA 5 PASUKAN ELITE TNI

ANEH TAPI NYATA ILMU KKEBALAN pasukan gerakan aceh merdeka DI TEMBAKI BAHKAN DI TEMBAK ROKET TAK APA-APA...